YMI -, Yogyakarta – Acara reuni akbar angkatan 1980 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sabtu, 26 Juli 2025, di kampus UGM, semestinya menjadi ajang nostalgia penuh kehangatan.
Namun alih-alih meredakan polemik lama, momen tersebut justru kembali membangkitkan kontroversi soal keabsahan ijazah Presiden yang telah lama menjadi sorotan.
Kehadiran Jokowi dalam balutan suasana informal, penuh canda tawa dengan rekan-rekan lamanya, tampak membaur dalam suasana kekeluargaan.
Banyak alumni yang merasa terhormat bisa berkumpul bersama orang nomor satu di negeri ini, dalam suasana akrab dan penuh cerita masa kuliah.
Namun, di balik layar kemeriahan reuni tersebut, dunia maya justru kembali gaduh. Tagar #UGMHarusJujur dan #IjazahJokowi kembali merajai lini masa media sosial.
Sejumlah pihak menganggap bahwa momen ini justru menjadi “panggung pembenaran” yang tidak menyentuh substansi persoalan.
Pengamat politik dari Universitas Nasional, Dr. F. Hasibuan, menilai bahwa momen reuni ini secara politis dapat dimanfaatkan untuk membangun legitimasi moral di tengah derasnya tudingan soal akademik Presiden.
“Tentu saja publik berhak bertanya. Kalau memang tidak ada masalah, kenapa isu ini tak kunjung selesai secara hukum dan dokumentatif?” ujarnya.
Sementara itu, dari pihak panitia reuni, acara ini diklaim murni sebagai ajang silaturahmi antar alumni.
“Kami tidak ingin mencampurkan urusan politik ke dalam momen persaudaraan ini. Kehadiran Pak Jokowi adalah sebagai alumni, bukan sebagai Presiden,” ujar Ketua Panitia Reuni, Ir. Sigit Pranowo.
UGM sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait kontroversi yang kembali mencuat usai reuni. Humas UGM hanya menyebutkan bahwa pihak universitas fokus pada penguatan hubungan alumni dan tidak akan menanggapi isu yang bersifat personal terhadap individu tertentu, meski berasal dari kalangan alumni.
Kendati demikian, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam kelompok “UGM Watch” menggelar aksi simbolik kecil di sekitar kampus saat reuni berlangsung. Mereka membawa spanduk bertuliskan “Ijazahmu, Integritas Kampus Kami!” sebagai bentuk protes terhadap sikap diam universitas.
Apakah reuni ini benar-benar mampu menutup bab polemik ijazah atau justru membuka babak baru dengan eskalasi yang lebih tajam? Jawabannya tampaknya belum akan datang dalam waktu dekat.
