Jakarta – Iklim demokrasi dan kebebasan berpendapat di Indonesia kembali mendapat sorotan tajam.
Dua kreator konten, Sherly Annavita dan DJ Donny, melaporkan mengalami aksi teror dan intimidasi, diduga kuat berkaitan dengan sikap kritis mereka terhadap sejumlah isu publik yang sensitif.
Rangkaian intimidasi tersebut menimbulkan kekhawatiran luas akan menyempitnya ruang kritik di tengah masyarakat, terutama bagi warga yang aktif menyuarakan pandangan melalui media sosial dan kanal publik lainnya.
Sherly Annavita Alami Teror Fisik dan Psikologis
Kreator konten asal Aceh, Sherly Annavita, mengungkapkan bahwa bentuk teror yang ia terima mengalami eskalasi signifikan.
Jika sebelumnya berupa ancaman di ruang digital, pada Selasa (30/12/2025) teror tersebut berubah menjadi tindakan fisik.
Sherly melaporkan adanya vandalisme pada kendaraan pribadinya, pelemparan sekantung telur busuk ke kediamannya, serta pengiriman surat bernada ancaman.
“Sangat sulit untuk mengatakan ini terjadi secara kebetulan. Saya menduga ada pihak yang mengatur atau memerintahkan,” ujar Sherly melalui unggahan di akun Instagram pribadinya.
Ia menyebut intimidasi tersebut muncul setelah dirinya secara terbuka menyampaikan kritik terhadap penanganan bencana di Aceh dan sejumlah wilayah Sumatra, baik melalui media sosial maupun penampilannya di berbagai acara televisi.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 30 Desember 2025, rangkaian bencana banjir bandang dan longsor di Sumatra telah menyebabkan 1.141 korban jiwa.
Sherly menegaskan, kritik yang ia sampaikan semata-mata berangkat dari kepedulian kemanusiaan.
“Kami bukan musuh negara. Kami hanya menyuarakan kepedulian,” tegasnya, seraya meminta pihak yang berada di balik teror tersebut untuk menghentikan aksinya.
DJ Donny Terima Ancaman Pembunuhan
Di waktu yang hampir bersamaan, DJ Donny juga melaporkan tindakan intimidasi yang tak kalah mengkhawatirkan.
Rumahnya dikirimi bangkai ayam terpotong, disertai pesan tertulis bernada ancaman pembunuhan.
Ancaman tersebut diduga berkaitan dengan sikap kritis DJ Donny terhadap sejumlah isu strategis, di antaranya lonjakan utang PT PLN (Persero) yang mencapai Rp711 triliun, serta persoalan kerusakan lingkungan dan pembukaan lahan sawit di Papua.
Alih-alih gentar, DJ Donny justru menunjukkan sikap perlawanan terbuka. Ia menyebut aksi teror tersebut sebagai tindakan pengecut yang bertentangan dengan prinsip demokrasi.
“Yang kirim bangkai ayam ke rumah gue itu pengecut. Cara mainnya amatir dan anti-demokrasi,” ujar Donny dalam pernyataannya.
Ia menegaskan bahwa kritik adalah hak konstitusional setiap warga negara, dan intimidasi tidak boleh menjadi alat untuk membungkam suara publik.
Kebebasan Berpendapat Kembali Dipertanyakan
Kasus yang menimpa Sherly Annavita dan DJ Donny menambah daftar panjang dugaan intimidasi terhadap warga yang menyuarakan kritik.
Peristiwa ini memicu kekhawatiran tentang menyusutnya ruang aman bagi kebebasan berekspresi, yang merupakan salah satu pilar utama demokrasi.
Berbagai pihak mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas aksi teror tersebut dan menjamin perlindungan terhadap warga negara yang menyampaikan pendapat secara sah dan damai.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari aparat keamanan terkait perkembangan penanganan laporan teror yang dialami kedua kreator konten tersebut.

.jpg)


